KISAH RAHMAN SOSOK MANDIRI

0 komentar


Ka Rahman

Pada tanggal 10 Oktober 1975 di rumah sakit Sitti Khadijah tepat jam 10.00 Wita lahirlah seorang bayi mungil gemuk di bumi ini. Bayi itu diberi nama Rahman. Saat beranjak remaja, dia tumbuh hanya dengan kasih sayang dari seorang ibu yang bernama Nono, karena Ayahnya menikah dengan perempuan lain, ketika usianya menginjak 5 tahun.

Rahman tumbuh menjadi lelaki yang mandiri, pekerjaan apa saja dia lakukan, termaksud menjadi penjual ikan di pelelangan. Tempat para nelayan menjajakkan dagangannya, karena Ibunya hanya bekerja sebagai penjahit dan juru masak, yang penghasilannya tidak seberapa.

Kesulitan hidup tidak membuatnya berhenti sekolah, mulai subuh dia sudah keluar untuk mencari rezeki. Di sekolah ia dikenal sebagai anak berprestasi, pandai semua mata pelajaran. Tapi dahulu tidak dikenal beasiswa bagi siswa yang cerdas, jadi biaya sekolah tetap dia yang mencari.

Saat menginjak usia 30 tahun dia pun merantau ke Makassar, untuk menjadi manusia yang lebih berguna, bermodalkan ijazah SMA. Zaman teknologi seperti sekarang ini, orang-orang yang hanya memiliki ijazah SMA tentunya hanya bekerja sebagai sales, atau satpam. Dia tidak memilah milih pekerjaan, baginya yang penting halal, dia akan mencobanya. Mulailah dia bekerja sebagai sales di salah satu mall besar di Makassar.

Sambil bekerja dia pun mencoba menyisihkan sedikit uang yang dimliki untuk kursus bahasa Inggris, karena bagaimanapun untuk menjadi orang sukses, bahasa Inggris adalah modal utama. Karena bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional. Penangkapan yang cepat membuatnya, pandai menangkap dan mencerna bahasa Asing itu.

Kemampuan yang dimilikinya itu, dia tidak sia-siakan. Dia menjadi guide untuk turis-turis yang berkunjung di Makassar, dengan tujuan untuk kunjungan wisata dan mengenal tempat-tempat bersejarah kota daeng ini.

Beberapa turis sangat senang dengan tutur sopan dari Rahman. Salah satu di antaranya adalah turis dari Belgia. Rahman pun diberikan waktu beberapa bulan untuk tinggal di Belgia. Makanan orang bule tentu sangat berbeda dengan orang Indonesia. Makanan pokok mereka adalah roti, sedangkan orang Indonesia adalah beras. Sebanyak apapun makan roti, kalau tidak makan nasi tentu akan masih lapar. Alasan itulah yang membuat Rahman kembali ke kampung halaman.

Rahman pun kembali mencari pekerjaan lain, yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, dia  mencoba melamar pekerjaan di Hotel ternama di Makassar, persyaratan pertama adalah kecakapan bahasa Inggris. Bahasa yang sering ia gunakan sewaktu di Belgia dulu. Alhasil Rahman pun cepat diterima di hotel tersebut.

Rahman sangat menikmati pekerjaannya sekarang, bertemu turis asing dan orang-orang penting adalah kebanggaan tersendiri baginya. Di samping menjadi pegawai hotel, dia pun memiliki bakat lain dalam dirinya yaitu, menjadi seorang desainer. Bagi sebagian orang untuk menjadi seorang desainer diperlukan tempat kursus, tapi beda dengan Rahman, dia hanya belajar otodidak. Inil adalah beberapa rancangan dari Rahman.

Karya Husni Jelson

Snow White

Bajak Laut Perempuan


Pakaian Adat Thailand



Beberapa fotografer pun mengetahui hal itu, makanya dia memilih Rahman sebagai pendesain untuk model-modelnya. Setiap pagi - sore Rahman menghabiskan waktunya di Hotel, dan malam harinya digunakan untuk mendesain baju. Dia tidak memiliki banyak waktu untuk istirahat. Hingga membuat berbagai jenis penyakit pun menghampiri. 

Rahman jatuh sakit. Ibunya tidak mengetahui hal ini, keluarga lain pun tidak. Dia hanya percaya pada sahabat dan satu keponakannya yang bernama Lya. Dia hanya mampu untuk menceritakan kisah ini kepada mereka. Sosoknya yang penyayang dan tidak ingin memberatkan orang lain, membuatnya berusaha untuk menanggung penderitaan itu sendiri.

***
Maros, Juli 2013
Sakit yang dialaminya bertambah parah, tubuhnya sangat kurus, dan berat badanya turun drastis. Dia pun memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Saat tiba, ibunya terlihat sangat sedih melihat kondisi Rahman tak mampu untuk berdiri. Dia hanya memberitahu pada ibunya bahwa penyakit maagnya kambuh.

Kondisi Rahman semakin hari semakin parah, makan pun sulit, terpaksa cairan inpus pun digunakan sebagai pengganti tenaga. Dia tidak bisa lagi bergerak, maka Mantri pun sering datang untuk mengecek kondisinya. Merasa diri merepotkan, dia pun meminta kepada Ibunya untuk pindah tempat tinggal, dia ingin pindah ke rumah Om Lya.

***

Kamis 15 Agustus 2013

Tepat jam 10.00 WITA Malaikat pencabut nyawa pun turun ke bumi untuk melaksanakan tugasnya.Rahman menghembuskan nafas terakhir. Om Lya pun memberikan SMS kepada semua orang yang berada di dalam no kontak HP Rahman bahwa dia sudah tiada. 

Semua orang menagis, Maros berduka saat itu. Mungkin Rahman ditakdirkan dengan angka 10, karena wafat dan lahirnya pun sama yaitu pukul 10.00 WITA...ini adalah garis Allah SWT, Lya hanya mampu menangis, menyohlati, mendoakan dan mengantarkan jenazahnya hingga ke liang lahat. Selamat tinggal...semoga engkau tenang di alammu yang baru.....Aamiin.