Petualangan Lia selanjutnya adalah
mengunjungi salah satu tempat bersejarah di ibu kota Indonesia. Tentunya
aku tidak sendiri, tapi aku pergi bersama rombongan dari Sastra Arab
UNHAS, yaitu : Akbar, ka Hasrul, ka Rinda, ka Ramli, ka Acha, dan Ekhy.
Dari bandara Sulatan Hasanuddin kami berangkat ke Jakarta dengan tujuan
untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh Universitas Indonesia.
Kami tinggal selama seminggu di sana, karena temanku juga suka dengan travelling, maka di sela-sela waktu, kami menghabiskan waktu dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah salah satunya adalah Monas. Ada kalimat yang menyebutkan "Tidak afdal, jika berkunjung ke Jakarta, tapi tidak injak Jakarta, itu sama saja bohong" maka dari itu kami pun tidak ingin membuang waktu, dan bergegas menuju Monumen Nasional (Monas).
Foto bersama Mey dari UI tahun 2009 |
Kami tinggal selama seminggu di sana, karena temanku juga suka dengan travelling, maka di sela-sela waktu, kami menghabiskan waktu dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah salah satunya adalah Monas. Ada kalimat yang menyebutkan "Tidak afdal, jika berkunjung ke Jakarta, tapi tidak injak Jakarta, itu sama saja bohong" maka dari itu kami pun tidak ingin membuang waktu, dan bergegas menuju Monumen Nasional (Monas).
![]() |
Bentuk Monas tampak dari jauh |
Sekilas mengenaik sejarah berdirinya Monas :
Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan
sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Sekitar
51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh
Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan oleh komite.
Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi tetap tak satupun yang
memenuhi kriteria. Lalu ketua juri kemudian meminta Silaban untuk
menunjukkan rancangannya kepada Soekarno.
Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu,
akan tetapi rancangan yang diajukan oleh Silaban biayanya sangat besar
dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara Silaban menolak
merancang bangunan yang lebih kecil, kemudian Soekarno meminta arsitek
R.M. Soedarsono melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka
17, angka 8 dan angka 45, untuk melambangkan 17 Agustus 1945 di dalam
rancangan monumen itu. Pembangunan monas yang di arsiteki Friedrich
Silaban dan R. M. Soedarsono dibangaun pada 17 Agustus 1961.
Pembangunan terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, dimulai secara
resmi oleh Presiden Soekarnoyang secara seremonial menancapkan pasak
beton pertama. Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada Maret 1962.
Dan dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan Oktober.
Pembangunan obelisk akhirnya rampung pada bulan Agustus 1963.
Lalu
pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968
karena adanya Gerakan 30 September 1965, tahap ini sempat tertunda.
Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969 sampai 1976 dengan menambahkan
diorama pada museum sejarah. Meski pembangunan telah selesai, masalah
masih terjadi, yaitu kebocoran air yang menggenangi museum. Sejarah
Monas dimulai sejak Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan
diresmikan pada tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Soeharto.
Disekitar
monas banyak kita jumpai warung soto betawi, lalapan, pedagang
aksesories seperti gantungan kunci, tas, baju, dan pernak-pernik
lainnya. Tidak hanya itu jika ingin buang air kecil tersedia pula bus
khusus untuk WC...sungguh sanggat unik.
Oh iya petualangan Lia belum berakhir, masih banyak lagi petualangan yang lebih seru....silahkan dibaca petualangan selanjutnya!!! makasih.
![]() |
Bus Toilet |
Oh iya petualangan Lia belum berakhir, masih banyak lagi petualangan yang lebih seru....silahkan dibaca petualangan selanjutnya!!! makasih.